Minggu, 06 Oktober 2013

GENERASI PEMENANG KOMPETISI

Diposkan oeh: Apryanto

“ Hendaklah kamu takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar,” (QS An-Nisa : 9)

mencintai anak-anak dan harta benda merupakan fitnah manusia. Di lain fihak anak dan harta yang shaleh akan bisa memberikan manfaatnya.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS Al-Kahfi : 46)
Penjelasan Allah diatas mengisyaratkan pentingnya membangun sumberdaya insani. Allah memaparkan secara tegas supaya umat Islam jangan sampai meninggalkan generasi yang tidak berkwalitas. Untuk mengantisipasi kekhawatiran atas terjadinya generasi yang tidak memiliki Kesiapan bersaing menghadapi hidup diperlukan tarbiyah ruhiyan dan tarbiyah jihadiyah (Pendidikan berbasis Islam) dan pembinaan secara terus menerus. Dengan mengambil tindakan ini diharapkan ummat Islam mampu menguasai ilmu pengetahuan dan terknologi, kuat moral, spiritual, mental, serta memiliki semangat juang dan daya saing yang kompetitif. Generasi unggul yang cerdas, dan terampil tak hanya bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Tetapi juga menjadi harapan dan dirindukan segenap manusia (kaafatan lin naas). Bahkan segenap alam semesta (Rahmatan lil Alamin).  
Arus globalisasi yang mengusung beragam nilai, budaya, dan beragam kebebasan, bahkan cenderung bisa dikatakan peradaban yang liar masuk ke setiap ruang. Sementara setiap pesan yang di doktrinkan lewat beragam media dengan berbagai pendekatan. Baik melalu berita, sinetron, film, dan sebagainya sarat dengan berbagai kepentingan. Sasaran bidiknya adalah generasi yang diarahkan untuk mengikuti pemikiran, gaya hidup bahkan ideology yang mereka usung baik secara sembunyi-sembunyi atu terang terangan. Karenanya diperlukan adanya filter sekaligus penumbuh jati diri agar tak terjebak gaya hidup yang menghancurkan masa depan.
Dengan teknologi komunikasi dan informasi, dunia terasa menjadi sempit dan kecil. Tanpa keimanan, kecanggihan produk Iptek ini dapat memunculkan sikap sombong dan melupakan Tuhan. Tanpa pegangan iman, pola kehidupan yang makin mengglobal ini akan mudah membawa orang-orang terombang-ambing. Dampak secara langsung yang terjadi adalah munculnya masyarakat yang  terlanda stress dan tingkat persaingan yang tinggi. Tetapi dengan keimanan akan menjadikan seseorang tangguh menghadapinya. Karena proses tersebut dipamahi sebagai bagian dari sunnatullah yang tak mungkin dihindari.
Umat Islam harus menggali dan mendayagunakan ajaran agamanya untuk menjawab tantangan globalisasi. Umat Islam mesti jadi pelopor, tampil di gelanggang percaturan dan persaingan global tanpa kehilangan jati dirinya yang beriman dan bertakwa. Ini sekaligus merupakan upaya konkrit untuk turut mengarahkan aliran arus globalisasi yang kian hari kian menggoda dan menantang.
Generasi Islam yang tangguh menghadapi persaingan global harus dibina melalui proses tarbiyah ruhiyah dan tarbiyah jihadiyah (pendidikan) yang memadai. Tarbiyah jihadiyah dimaksudkan bukan dalam arti sempit yang cenderung dimaknai pengusung  kekerasan. Tarbiyah jihadiyah merupakan ruh yang menumbuhkan jati diri, penyemangat etos kerja, dan yang mengobarkan semangat juang menuju persaingan global. Dengan tarbiyah jihadiyah inilah Allah akan terlibat secara langsung memberikan jawaban sekaligus memberikan jalan keluar setiap permasalahan yang di hadapi, maupun sumber solusi dalam rangka pencapaian target sasaran atas visi yang telah ditetapkan. Sebagaimana firman-Nya.
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al Ankabut 69)
 Tarbiyah ruhiyah dan tarbiyah jihadiyah ini merupakan esensi dari perwujudan system pendidikan holistic. Sistem pendidikan kerasulan yang diaplikasikan Rasulullah dalam mendidik dan mengkader generasi assaabiquunal awwalun. Dari proses pendidikan ini menghasilkan generasi tangguh. Generasi berkapasitas internasional. Generasi yang mampu bersaing bahkan menjadi yang terbaik sepanjang sejarah.
Kedahsyatan dan luarbiasanya perkembangan intelektual generasi Islam saat itu menjadikan bangsa  barat yang mengusung ideology kapitalis banyak yang menjadi plagiat. Mereka mengklaim khasanaH ilmu sebagai produk pemikiran mereka. Seperti halnya seorang Karl Mark yang dikenal sebagai dewa ekonomi dunia. Pendapatnya kebanyakan menjiplak karya besar Ibnu Khaldun. Yang ditulis dua abad sebelum Mark mendeklarasikan peradaban ekonomi kapitalistik. Bahkan para generasi penerus Islam, mereka menjadi penguasa dan pemimpin dalam ilmu pengetahuan. Abad modern yang dihasilkan Barat saat ini berutang budi pada jasa-jasa Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Khawarizmi, dan lain-lain. Merekalah yang membuat sejarah kegemilangan kaum Muslim yang masih harum namanya sampai sekarang.
Tinta emas sejarah peradaban itu mesti kita torehkan lagi di persada dunia ini. Keberhasilan ini tak lepas dari metodologi maupun pendekatan yang menggabungkan peranannya sebagai sebuah pengajaran, pendidikan, bimbingan, maupun dalam bentuk pelatihan. Empat pilar pendidikan berbasis holistic education mesti diduplikasi untuk menyiapkan generasi berbasis tauhid dan memiliki semangat jihad dalam rangka membangun keshalehan social. InsyaAllah ketika semangat ber Iqro’ (belajar) tetap disandarkan pada kesadaran mutlak atas kuasa sang maha pencipta, maha mendidik, dan maha merajai. Sang Rabbul Alalmin. Visi membangun peradaban yang aman, tenteram, dan damai bisa terealisasi.


Download: KlIK DI SINI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar