D i poskan oleh: كجص Apriyanto
Terkadang kita
tidak sadar untuk apa kita hidup di dunia ini. Sedang kehidupan dunia hanya
bagaikan kita mampir minum saja. Dunia inipun hanya perhiasan semata, lantas
buat apa kita hidup di dunia ini? Mari kita renungkan bersama!
Sahabat Islam
yang semoga penghuni syurga, mari kita renungkan bersama sebenarnya untuk apa
kita hidup di dunia ini. Sebelum kita menyesal di akhirat, sedang kita tahu dan
sadar kehidupan yang kekal dan kehidupan yang sebenarnya di akhirat. Pilih
mana, kebahagiaan dunia yang sifatnya sementara, tanpa memikirkan kehidupan
akhirat? Atau memikirkan kebahagiaan akhirat, yang selalu beriringan dengan
kehidupan dunia?
Sahabat islam
yang semoga di Ridhoi Alloh Subhanahu wata’alla,
mari kita renungkan benar-benar semua ini! Sebelum penyesalan tiba, untuk apa
kita hidup di dunia ini sedang hanya sebentar saja. Marilah kita flash back
kebelakang apa yang sudah kita lakukan, apaka sudah sesuai deng tujuan kita
hidup di dunia ini?
Sahabat Islam
yang semoga selalu di ridhoi Alloh Subhanahu wata’alla,
sudah jelas bahwa Alloh sudah menerangkan tujuan hidup di dunia ini dalam
firman-Nya QS. Adz Dzariyaat (51): 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون
Artinya: “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi/ beribadah kepada-Ku. (QS. Adz
Dzariyaat (51): 56)
Sudah jelas bahwa kita hidup
di dunia ini hanya semata-mata untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wata’alla. Sahabatku yang
semoga di ridhoi Alloh Subhanahu
wata’alla, sampai mana kita mengabdikan diri kita kepada-Nya? Dalam firman
Alloh Subhanahu wata’alla di atas
sudah jelas bahwasanya kita hidup di dunia ini hanya sebagai proses kita untuk
mempersiapkan kehidupan di akhirat. Mari sahabatku semua sebelum penyesalan
tiba kita siapkan sedini mungkin untuk kehidupan akhirat. Mending kita menyesal
di dunia karena penyesalan di dunia kita masih bisa memperbaiki penyesalan
tersebut. Namun, apakah kita bisa memperbaiki penyesalan kita di akhirat?
Sahabat Islam yang semoga
penghuni Syurga, sebelum penyesalan tiba mari kita senantiasa melakukan sesuatu
hanya semata-mata untuk beribadah kepada-Nya agar kita meraih kebahagiaan dunia
dan kebahagiaan akhirat dan agar apa yang kita inginkan tercapai karena segala
urusan yang ada di dunia ini tergantung apa yang dikehendaki Alloh Subhanahu wata’alla.
Dalam surat Al Hadiid ayat 20 Alloh Azza Waa Jalla berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ
وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ
كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ
مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya:
“ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadiid (57): 20)
Bacalah berulang-ulang kalam
dari Rabb yang maha Mulia di atas berikut maknanya. Setelah itu, apa yang kita
pahami dari kehidupan dunia? Msihkah kita terbuai oleh dunia? Masihkan
angan-angan kita melambung untuk meraih gemerlapnya dunia ini? Masihkan kita
tertipu oleh kesenangan dunia?
Sahabat Islam yang semoga di
ridhoi oleh Alloh Subhanahu wata’alla,
sebelum penyesalan tiba mari kita untuk senantiasa berinstropeksi diri sejauh
mana kita melakukan aktivitas kita hanya untuk mencari ridho Alloh, apakah
hanya untuk mencari kesenangan dunia saja. Ingat sahabatku dunia ini dipenuhi
dengan hiasan. Semua dan segala yang ada akan kembali pada-Nya. Sebelum
penyesalan tiba mari dari sejak sekarang dan seterusnya kita luruskan kembali
niat kita hanya untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wata’alla. Rosululloh sholollohu
‘alaihi wassalam telah menyuruh kita dalam sabdanya:
كُنْ فِي
الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini
seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).”
(HR. Al-Bukhari no. 6416)
Sudah jelas bahwa Rosululloh
sholollohu ‘alaohi wassalam berpesan jangan sekali-kali kita berfikiran kita
akan hidupm kekal di dunia ini namun jadikan diri kita seperti orang asing
bahkan seorang musafir yang hanya sekedar lewat sebagai jembatan kita untuk
mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Tengok kembali proses
terjadinya manusia dan kita renungkan bersama maha Agung dan maha Penyayangnya
Alloh kepada kita dalam QS. Al Mu’minun ayat 12 – 14 berikut:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
12. dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
13. kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً
فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ
أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
14. kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Akankah Manusia berfikir bahwa dirinya dulu adalah setetes air ? Tiba-tiba Allah jadikan air itu menjadi "
seseorang " ? Ini sebuah keajaiban yang tiada tertandingi . Bahkan manusia
tidak berfikir bahwa dulu ia adalah setetes air.
Masihkah kita sekedar
mencari kesenangan dunia belaka? Mari sahabatku kita renungkan semua ini!
Bahkan Rosululloh sendiri menggambarkan dunia ini dalam sabdanya:
مَا
الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي
الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal
salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka
hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?”
(HR. Muslim no. 7126)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan, “Makna
hadits di atas adalah pendeknya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan
dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain
kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang
masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)
Lihatlah demikian kecilnya perbendaharaan dunia bila
dibandingkan dengan akhirat. Maka siapa lagi yang tertipu oleh dunia selain
orang yang pandir, karena dunia takkan dapat menipu orang yang cerdas dan
berakal. (Bahjatun Nazhirin, 1/531)
Oleh karena itu, sebelum penyesalan tiba penulis
mengajak diri sendiri dan sahabat islam jadikan dunia ini proses atau jembatan
kita untuk mendapatkan kebahagiaan dunia karena penulis yakin ketika kita
niatkan itu semua untuk beribadah kepada-Nya, Insya Alloh kebahagiaan dunia
juga akan kita raih. Semoga Alloh Subhanahu
wa ta’alla senantiasa memberikan petunjuk jalan yang lurus kepada kita
yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat sehingga
apa yang kita perbuat masih dalam ridho Alloh subhanahu wa ta’alla.
Download: Klik Disini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar